Mengatasi Banjir Dengan Teknologi Biopori

Lubang Biopori
Banjir, sudah menjadi langganan kota Jakarta, termasuk kota-kota besar lainnya. Masalah pelik ini tak ayal membuat para korban banjir hanya bisa pasrah terhadap nasib mereka. Padahal, beberapa solusi telah ditawarkan berbagai pihak, mulai dari relokasi hingga reboisasi.

Biopori : Teknologi Yang Sangat Murah Dan Efisien Atasi Banjir

Belakangan, muncul inovasi baru teknologi ramah lingkungan untuk mengatasi banjir. Teknologi tersebut dikenal dengan Biopori. Teknologi ini mengunakan lubang resapan di dalam tanah untuk menampung air. Lubang-lubang tersebut terbentuk akibat berbagai akitivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, , perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang itu akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.


Konsep inilah yang kemudian dikembangkan dengan membuat lubang resapan sendiri. Teknologi ini otomatis membuat tempat resapan air semakin besar. Daya resapan air yang meningkat merupakan salah satu solusi mengatasi banjir. Selain itu, Lubang Resapan Biopori (LRB) dapat mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan). Dengan memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, cara ini bisa mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.

Ide cemerlang ini diciptakan oleh Kamir R. Brata, dosen ilmu tanah, air, dan konservasi lahan,  Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ide tersebut akhirnya menginspirasi beberapa pihak, termasuk institusi pendidikan untuk membuat LRB di sekitar lingkungannya.

LRB bisa dibuat di beberapa tempat, misalnya sekeliling pohon, dasar saluran dan batas tanaman. Aplikasi ini memang cukup sederhana dan mudah dilakukan. Terlebih, di kota-kota besar, lubang resapan air semakin berkurang. Untuk itu, diperlukan lubang resapan yang dibuat sendiri, untuk menampung air yang mengalir.
Hanya perlu kesadaran masyarakat tentang pencegahan banjir. Tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit, teknologi ini cukup sederhana untuk diaplikasikan. Jika teknologi ini bisa diterapkan dengan baik dan merata, bukan tidak mungkin, debit air banjir bisa berkurang. Dan banjir bukan lagi mimpi buruk bagi warga Jakarta dan kota besar lainnya.[Ria]
Share on Google Plus

About Organisasi Kepemudaan Ganespa

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

comments, criticisms, and suggestions will help us to continue to develop this blog, please comment with a sentence polite and do not contain racist or your comment will be removed, thanks